Seringkali saya ditanya,”Investasi apa yang aman untuk saya?” Dan pasti saya bingung jawabnya. Karena ‘aman’ disini subjektif sekali. Aman dari segi apa?
Uang ga akan hilangkah? Uang ga akan berkurang?
1. Tabungan dan deposito
Kalau misalnya Anda berpikir tabungan dan deposito yang kita taruh kita itu aman, think again. Memang secara hukum ada LPS alias Lembaga Penjamin Simpanan yang akan melindungi dan mengganti uang kita. Tapi, ternyata ada resiko yang lebih besar yang mengintai.
Perkenalkan: Inflasi.
Mau tahu seberapa jahatnya inflasi? Asumsi kita memiliki uang sebesar Rp. 200 juta yang kita depositokan dengan bunga 6% setahun. Inflasi 11 % per tahun. Artinya: dalam 20 tahun dari sekarang, secara nominal memang benar Rp. 200.000.000,00 utuh. Tapi ternyata berkat inflasi kita hanya mampu membeli barang yang saat ini harganya Rp. 80 juta, 20 tahun mendatang, dengan uang yang angka nominalnya Rp. 200.000.000,00. Diatas kertas memang tetap 200 juta bahkan lebih karena ada penambahan bunga, tapi value atau nilainya hanya 80 juta. Masih berpikir tabungan dan deposito itu aman?
2. Logam Mulia
Emas atau logam mulia banyak dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi harga emas dunia per troy ounces, harga minyak dunia, Dow Jones dan Nikkei, Rupiah terhadap dollar. Sementara untuk faktor internal: tergantung kebijakan pemerintah melalui Antam, dan tergantung mood pedagang emas batangan di pasar atau toko emas.
Resiko lain: maling.
Logam mulia memang secara fantastis bisa memberikan profit baik antara tahun 2002-2012 dengan kenaikan signifikan sebesar 480%. Namun sejak 2013-2015 kenaikannya ga signifikan malah cenderung lesu. Namun bukan berarti logam mulia bukan lagi suatu jenis instrumen investasi yang baik. Tetap akan saya rekomendasikan, sebagai bagian dari diversifikasi. Lagipula, ini kita bicara tentang investasi kan?
3. Properti
Pertanyaannya: di mana dulu. Karena mitos “harga rumah pasti selalu naik” itu hoax banget. Bisa kita buktikan dengan adanya beberapa properti ‘Silent Hill’. Tahu Silent Hill? Itu game yang lumayan serem. Anyway, intinya adalah: beberapa developer banyak yang membangun rumah dengan harapan akan laku. Ternyata tidak. Akibatnya perumahan tersebut ditinggalkan, jadi aset mati. Ini resikonya. Uang sudah terbuang banyak tapi ternyata...
Investasi di properti membutuhkan keahlian extra, tentang bagaimana menangkap pasar, melihat lokasi yang strategis, dll, ada PR-nya banyak. Tapi bukan berarti tidak mungkin mendapatkan profit 30%-50% dari penjualan properti. Kelemahan lain, jual-beli properti it takes time. Menyewakan juga. Jadi ga liquid. Namun kalau kita memiliki pemikiran, toh one day akan bisa ditempati sendiri, ini malah bagus. Propertinya malah bisa menghasilkan bagi kita. Then again, modalnya ga sedikit.
4. Obligasi, Surat Hutang Negara, SUKUK
Ini termasuk pilihan instrumen investasi yang enak dan nyaman, bagi saya. Karena jelas ROI (Baca : return on investment) yang kita dapatkan berapa, dari nilai kupon yang diberikan. Bisa di awal, bisa diakhir masa jatuh tempo. Kelemahannya: pada saat jual balik kalau kita membelinya di secondary market, belum tentu harganya naik. Dan lagi, tetap belum sanggup mengejar inflasi, namun setidaknya hasil imbal baliknya lebih besar daripada yang ditawarkan tabungan dan deposito.
5. Reksadana
Maksud saya disini adalah semua jenis reksadana, baik reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, reksadana saham maupun reksadana pasar uang. Resikonya: naik turunnya NAB/NAV. Uang hilang? Tidak, cuma berkurang dalam jangka pendek, tapiiii jangka panjang 10-20 tahun bisa memberikan imbal balik sebesar 1000%-2000% loooh.
Jadi terbalik, kalau kita punya uang Rp. 200 juta, kita diamkan semala 10-20 tahun, maka uang kita bisa berjumlah Rp, 1,4 milyar – 10 milyar rupiah, bahkan lebih. Data ada, semua terecord, bukan sulap bukan sihir, dan kita dilindungi oleh OJK melalui SIPF. SIPF itu apa? LPS ala Reksadana dan saham, jadi uang kita ga akan dibawa kabur.
6. Saham
Resiko-resiko dalam saham: berkurangnya nilai nominal karena naik turun harga, tapi kerugian bisa berbalik menjadi profit kalau kita diamkan saja. Tentunya tergantung juga sahamnya apa. Kalo saham-saham blue chip, aman. Resiko lainnya adalah resiko negara, resiko default, resiko ekonomi makro dan mikro, dll. Yang sebenarnya sih, sama saja imbasnya ke instrumen lain.
Tapi, 30 tahun yang lalu seorang ibu-ibu membeli saham Unilever seharga Rp. 1 juta rupiah atau 1000 lembar saham. Dengan kenaikan capital gain dan deviden, sahamnya sekarang berharga Rp. 750 juta. Berapa banyakkah investasi yang bisa kita tinggal tidur dan terus menghasilkan?
Perkenalkan kenaikan harga saham beberapa BUMN di Indonesia sepanjang tahun 2014:
Waskita 200%, Bank BRI 60,8%, Elnusa 100%, Kimia Farma 141,53%, Bank Mandiri 36,94%, Adhi Karya 103,97%, Pt PP Persero 186,64%.
Apakah tahun 2015 akan berulang lagi? I don’t know ini memang resikonya, mungkin berulang mungkin tidak. Tapi dibandingkan instrumen investasi lain, investasi di pasar modal jaaauuuuhhhhh sangat bisa memberikan hasil yang luar biasa besar, tanpa extra effort, dibandingkan instrumen investasi lain. Asal kita mau sabar
Kalau kita masih bertanya,”Apa instrumen investasi yang aman?” Please think again, apakah pekerjaan Anda aman? Bisa memberikan income yang baik atau pas-pasan? Kalau iya, kenapa masih mencari tahu soal investasi? Mestinya kan kalau memang ‘aman’ seperti yang Anda bayangkan, maka:
1. Kenapa Anda masih terus bekerja?
2. Kenapa masih merasa perlu khawatir dengan kenaikan inflasi pendidikan anak yang 20% ? Yup uang sekolah naiknya 20% per tahun. Kalau ga percaya, silahkan tanya sendiri ke bagian administrasi sekolah impian.
3. Kenapa merasa perlu punya dana pensiun?
4. Masih takut dipecat atau tidak menjalankan pekerjaan dengan baik?
5. Masih mengharap gaji dan THR kah?
Semua jenis investasi adalah baik adanya, dengan catatan kita memang memperlakukannya sebagai investasi (baca: untuk jangka waktu yang panjang, bukan instan). Tidak ada milyuner yang bisa instan kaya di dunia. Semua membutuhkan waktu. Dan dengan perpanjangan waktu, maka resiko bisa diminimalisir bahkan hilang.
So, please kindly be wise. Kalau kita masih memiliki mental judi dan berharap mendapatkan keuntungan yang besar tapi resiko nol, helllooowwww… tabungan dan deposito aja ada resikonya kok. Kita keluar rumah juga ada resiko nyawa yang kita ga tahu kapan dan bagaimana.
Pelajari, cari tahu, banyak bertanya. Dan yang lebih baik lagi konsultasi dengan mereka yang ahli. Karena dengan investasi kita ga tahu siapa dan apa yang bisa kita selamatan, 5-10 tahun ke depan, walau dengan sesederhana Rp. 250.000,00 per bulan, yang kita investasikan dari sekarang.
Tapi bukan berarti kita ga bisa bijak dalam menyikapi investasi. Kita semua perlu berinvestasi, karena kita ga pernah tahu siapa yang bisa kita selamatkan 10 tahun atau 20 tahun lagi.
by Fioney Sofyan