Setiap orang masing masing memiliki nilai tambah dan nilai kurang yang terdapat di dalam dirinya.Baik yang merupakan kebiasaan yang bersifat insidential atau kadang kadang, namun ada juga yang sudah terpatri menjadi karakter dirinya.
Salah satu yang paling berbahaya adalah
merasa puas ,bila bisa menemukan kesalahan orang lain, termasuk sahabatnya sendiri. Merasa diri paling hebat adalah sebuah kepuasan semu. Orang yang cenderung untuk tampil atau menampilkan diri sebagai sosok orang yang :
- Paling pintar
- Paling mengetahui
- Paling benar
- Paling hebat
- Paling perkasa
- Pembela kebenaran
- Pembela orang tertindas
Kesenangannya adalah :
- Mendapatkan kesalahan orang lain ,sekecil apapun
- Menjatuhkan siapapun, agar tampil memukau
- Menyerang sana, membabat sini
- Lupa diri dan lupa kapasitas diri
- Selalu ingin menjadi topik perhatian
- Apapun yang sedang dibahas, selalu diprotes
- Sangat senang kalau bisa menjatuhkan lawan bicara
- Merasa bangga bila dapat membuktikan kesalahan orang lain, betapapun kecilnya.
Jangan Terjebak
Sebagai manusia, kita cenderung terbawa, kemana arah arus yang kuat sedang melaju. Sehingga tanpa sadar, kita akan terjebak menjadi manusia yang mengalami distorsi kejiwaan, yakni senang bila dapat mempermalukan orang lain. Oleh karena itu, kita perlu introspeksi diri agar menyadari bahwa:
- Semua kepuasan false atau kepalsuan tidak akan bertahan lama
- Orang tidak akan berani menjadikan kita sahabat karib
- Karena tipe orang seperti ini, tega melakukan apapun
- Baginya kepentingan diri adalah nomor satu.
- Sahabat itu nomor kesekian dalam urutan kepentingan
Always Be Your Self
- Jadilah selalu diri kita sendiri
- Tidak perlu mengikuti arus, walaupun akibatnya nama kita tidak akan ikut jadi popular
- Menjalin persahabatan butuh waktu bertahun-tahun, untuk merusakkannya cukup dalam sekejap
- Ada jalan yang santun untuk menjadi popular, tidak harus dengan berpijak dipunggung sahabat
- Kita tidak mungkin menjadi orang saleh,,tapi setidaknya bisa menjadi orang yang membawa damai
Kemayoran, 17 Oktober, 2015
Article by Tjiptadinata Effendi